CANANGNEWS- Sektor perikanan di Kabupaten Agam terpukul berat setelah banjir bandang melanda Nagari Duo Koto dan Nagari Paninjauan, Kecamatan Tanjung Raya. Data Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan mencatat total kerugian mencapai Rp 1,36 miliar, terutama dari matinya jutaan benih ikan dan rusaknya infrastruktur pembenihan.
Benih ikan menjadi sektor paling terpukul. Sedikitnya 5,485 juta ekor benih mati tersapu material banjir. Nilai kerugiannya ditaksir Rp 548,5 juta. Selain itu, 7.650 ekor induk ikan ikut mati, memicu tambahan kerugian Rp 191,25 juta.
Tak hanya itu, 14,75 hektare kolam pembenihan terkubur lumpur dan material banjir. Kerugian imbas kerusakan fisik kolam ini diperkirakan mencapai Rp 295 juta.
Di Danau Maninjau, fenomena upwelling memperburuk keadaan. Pembalikan massa air membawa racun dari dasar dan mematikan ikan di Keramba Jaring Apung (KJA). Sedikitnya 8 ton ikan mati mendadak, menambah kerugian sebesar Rp 184 juta.
Bencana lain juga menghantam sektor perikanan di pesisir Tanjungmutiara. Badai di Jorong Pasiapaneh, Nagari Tiku Selatan, Kecamatan Tanjungmutiara, menghanyutkan 40 unit alat tangkap ikan, dua mesin tempel 15 PK, serta satu unit perahu. Total nilainya diperkirakan Rp 150 juta.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam, Rosva Deswira, Kamis (28/11), menyebut pemerintah sudah merumuskan langkah pemulihan.
Di antaranya pengadaan benih, calon induk, dan pakan bagi unit pembenihan terdampak dengan estimasi anggaran Rp 650 juta, serta reklamasi kolam senilai Rp 300 juta.
Pemkab juga akan menerbitkan surat edaran dan melakukan sosialisasi pencegahan kematian ikan di KJA Danau Maninjau.
Untuk nelayan pesisir, pemerintah merencanakan pengadaan armada dan alat tangkap baru senilai Rp 150 juta. Total kerugian pelaku usaha perikanan akibat banjir bandang, upwelling dan ombak serta badai ini ditaksir mencapai Rp 1.368.750.000.
“Pemulihan harus cepat agar aktivitas perikanan kembali berjalan. Dampaknya sangat besar bagi ekonomi masyarakat,” ujarnya.

