Para wartawan makan sore bersama menikmati hidangan
nasi bungkus
Pariaman, CanangNews – Walaupun setiap hari bergelut dengan aktivitas
jurnalistik di lapangan, para wartawan yang bertugas di Kota Pariaman dan
Kabupaten Padang Pariaman tetap meluangkan waktu berolahraga untuk menjaga
kebugaran tubuh. Cabang yang mereka gemari adalah olahraga futsal.
Setelah hampir 1,5 bulan istirahat bermain futsal sejak awal Ramadhan 1438
lalu, insan-insan pers yang bertugas pada berbagai media cetak, elektronik dan
online itu kembali bertemu di lapangan futsal pada sebuah gedung di Komplek
Tamar Medical Centre (TMC) Pariaman, Jumat (7/7/2017) sore.
Hujan lebat tak menghalangi 17 wartawan menuju lokasi. Begitu juga Kepala
Dinas Komunikasi dan Informasi Pemerintah Kota Pariaman, Andi Sikumbang, pun
ikut bergabung.
Perjumpaan perdana pasca Idul Fitri itu mereka isi dengan acara halal bi
halal. Bertindak sebagai mubaligh Ustadz Abdul Syaril, wartawan TVRI Stasiun
Padang.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Kabupaten Padang
Pariaman dan Kota Pariaman Ikhlas Bakri dalam kata sambutannya mengemukakan, dalam
bertugas menghimpun informasi dan menyajikan pemberitaan para wartawan memiliki
pola dan karakter masing-masing, akan tetapi silaturrahim tetap terjalin dan terbangun
dengan baik.
Sedangkan Kepala Dinas Kominfo Yalviendri SE Akt MM alias Andi Sikumbang
pada kesempatan itu mengucapkan terimakasih kepada para wartawan atas
sumbangsih mereka dalam penyebarluasan informasi tentang kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan sosial-kemasyarakatan Kota Pariaman.
“Dengan karya-karya jurnalistiik rekan-rekan wartawan, keberadaan Kota
Pariaman – terutama sebagai destinasi wisata – semakin dikenal hingga ke
seluruh penjuru nusantara, bahkan mancanegara. Di sisi lain, para wartawan pun
telah memberikan masukan-masukan berharga untuk perbaikan kinerja pemerintahan,”
ujarnya.
Pada kesempatan itu, Ustadz Abdul Syaril dalam tausiyahnya memaparkan makna
halal bi halal. Menuruynya, Idul Fitri memiliki arti
kembali kepada kesucian atau kembali ke asal kejadian.
“ Kata Idul Fitri diambil dari bahasa Arab,
yaitu fitrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam pandangan Islam,
tidak dibebani oleh dosa apapun. Kelahiran seorang anak diibaratkan seperti
secarik kertas putih. Orang tuanyalah yang kelak akan mengarahkan kertas putih
kepribadiannya,” urai Syaril.
Dalam perjalanan hidupnya, lanjut dia, manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa, termasuk kesalahan terhadap sesamanya. Seorang manusia dapat memiliki rasa permusuhan, pertikaian, dan saling menyakiti. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya.
Dalam perjalanan hidupnya, lanjut dia, manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa, termasuk kesalahan terhadap sesamanya. Seorang manusia dapat memiliki rasa permusuhan, pertikaian, dan saling menyakiti. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya.
“Idul Fitri merupakan momen penting untuk
saling memaafkan, baik secara individu maupun kelompok. Budaya saling memaafkan
ini lebih populer disebut dengan halal bihalal. Hal ini adalah refleksi dari
ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan, dan saling memberi
kasih sayang,” paparnya lagi.
Acara halal bi halal yang penuh keakraban itu
berakhir dengan saling bersalaman. Selanjutnya, para wartawan makan sore bersama
menikmati hidangan nasi bungkus. (zast)