Rocky Gerung, bersama mahasiswa akademisi dan Jurnalis |
Bukittinggi. Canangnews- Universitas Muhammadiyah Bukittinggi kedatangan tamu spesial, untuk memberikan kuliah umum dikampusnya, hadir Nara sumber, seorang pemerhati politik dan kritikus nasional , Rocky Gerung.
Yang didampingi nara sumber, Dekan Universitas Muhammadiyah ( UM) Sumatera Barat. Wendra Yunaldi, dengan tema " Dinamika Politik Hukum Pada Proses Sirkulasi Kekuasaan", bertempat di Kampus UM Sumbar, Jalan By Pass Aur Kuning Bukittinggi. Senin (29/4/2024).
Rocky gerung dalam kuliah umum yang dihadiri ratusan mahasiswa dan akademisi dan jurnalis itu, menyampaikan, basis politik sebenarnya dari Ranah Minang kabau, Bukittinggi dengan sederet nama pemikir kebangsaan itu seperti, H.Agus Salim, Bung Hatta, Sutan Syahrir, Mohammad Yamin, Tan Malaka. Buya Hamka dan banyak lagi.
"Karena yang diuraikan para pesohor itu basis politik nasional dan filosofi serta falsafah. Misalnya pada tahun 1956 Buya Hamka mendirikan Fakultas Hukum Muhammadiyah. Hal mana Hamka tidak pernah sekolah formil, tetapi beliau briliant dan berpengetahuan filsafat dan hukum," jelasnya.
Menurutnya, kita mengenal hukum positif melalui teori Hans Kelsen, yang mendalilkan bahwa ayat tidak boleh bertentangan dengan ayat diatas. Hanya boleh diuji konsistensi antar ayat, seperti hukum pidana, perdata. "Pure Theory of law" atau Teori murni tentang hukum, dan disitu dimulai kekacauan cara pikir kita tentang hukum.
Bersama, Dekan UM Sumbar, Wendra Yunaldi, N |
Kemudian, sebut Rocky, apa yang menyebabkan kita gagal berpikir kritis, yaitu belum ada yang menyumbang pikiran seperti yang telah dilakukan para tokoh perintis kemerdekaan diatas.
" Kenapa kota ini berhenti untuk mengucapkan Crytical?.Kita harus berpedoman kepada sejarah, seperti PRRI di Bukittinggi/ Sumatera Barat, dan Permesta di Manado di zaman Soekarno. Maka terjadilah gerakan protes dari masyarakat Minangkabau kepada pemerintah pada waktu itu, salam akal sehat," ujarnya.
Gerung melanjutkan, tokoh seperti Bung Hatta mengeluarkan ide untuk nasional Koperasi, Sutan Syarir dengan Filsafat. St. Syahrir dengan logika yang kuat bisa mempromosikan Indonesia di PBB. Semua itu adalah hasil exodus orang Sumatera Barat.
Sementara Dekan UM Muhammadiyah, Wendra Yunaldy, memaparkan, didaerah Sumbar ini ada istilah, hukum dan demokrasi "Sigaragai". Adalah hukum seenak gue, walaupun itu bertentangan dengan keinginan rakyat.
"Hari ini kita lihat ketika penguasa berkehendak membuat UU, Tuhan pun tidak bisa mencegah. Kalau kita mengenal hukum agar bisa teratur, tapi saat ini hukum itu menghambat syahwat kekuasaan," ucapnya.
Ia menambahkan, kalau orang hukum berhenti belajar filsafat, maka itulah awal kematian ilmu hukum. Ketika hukum hanya semacam test, maka bisa menjadi kebodohan menjadi sarjana Undang-undang atau Fakultas Undang-undang.
( KH)