Sijunjung, canangnews.com_Kemaren setelah sholat jum'at ada dua orang jemaah menyapa saya di luar masjid dan lansung menyalami saya, dia berkata "ko yo lai taraso khutubahnyo ma" pak ustadz ucapnya saya senyum saja alhamdulillah terima kasih pak, ucap saya.
Setelah saya mendekati kendaraan tiba-tiba dua bapak tadi bicara pelan dengan temannya, dari organisasi mana ustadz itu ya? karena ada lambang dikopiah saya dia bilang sepertinya dari Muhammadiyah katanya, saya diam saja dalam hati barangkali lambangnya mirip.
Memang yang banyak dikenal masyarakat dua organisasi besar saja kalau tidak NU ya Muhammadiyah. Orang belum mengenal Perti, padahal disamping NU dan MD ada satu lagi kawan karibnya ya itulah Perti (Tarbiyah).
Tiga organisasi ini dirintis oleh tiga ulama besar Nusantara ketiga ulama itu juga seperguruan sanadnya bermuara kepada Syekh Ahmad Khatib bin Abdullatif al-Minangkabawi. Dua di Pulau jawa satu lagi di pulau Sumatera khsususnya Minangkabau.
Syekh Hasyim Asy'ari (NU) KH. Ahmad Dahlan (MD) Syekh Sulaiman Ar-Rasuli (Perti-Tarbiyah). Dulu Perti dikenal orang dengan sebutan kaum tuo, sedangkan MD dikenal orang dengan sebutan kaum mudo. Begitulah orang Minangkabau menyebutnya tempo dulu.
Sebenarnya ada satu lagi ulama yang juga seperguruan yang mampu menyatukan kedua paham tuo dan mudo ini beliau adalah syekh Ibrahim Musa Parabek, pendiri Thawalib Parabek Bukittinggi. Jika ingin kenal paham kedua organisasi ini di parabeklah tempatnya.
Saya berfikir kenapa Perti tak terlalu dikenal orang ya? analisa saya karena perti memang tidak terlalu berkecimpung dengan politik praktis, dulu memang ada ikut pemilu tahun 1955 saat itu masih dibawa nahkodah Inyiak Canduang kemudian dilanjutkan oleh Buya Sirajuddin Abbas.
Setelah itu kembali ke khittahnya, lebih fokus ke pendidikan dan dakwah, jika ada yang ikut politik itu hanya mewarnai saja. Kenapa orang mengira logo PERTI seperti MD? karena memang pendirinya seperguruan kemudian raginya sepintas terlihat sama.
Perti bintangnya ada delapan sedangkan MD ada 12, di dalam bintang itu ada mesjid menara. Jika dilihat sekilas memang mirip, biarlah tak mengapa yang jelas tujuannya sama, sama-sama mengajak kepada kebaikan, tidak saling menyalahkan inilah dulu yang diucapkan duo ulama besar itu (Inyiak Canduang dan Inyiak Deer).
Goresan ringan ini bertujuan agar kita tahu bahwa ulama kita tempo dulu telah membuat kesepakatan mari berdakwah bersama-sama, cerdaskan ummat, masalah khilafiyah itu bukanlah sesuatu yang perlu untuk kita besar-besarkan.
Secara ushul kita sama hanya beda dalam furua' saja itupun tak banyak, hanya terkait soal yang ringan-ringan saja, bismillah, qunut, sirr dan jahar, sholawat bersaydina, tahlil, azan jum'at dan lain sebagainya. Saya tidak terlalu mempermasalahkan hal ini karena memang itu sah-sah saja ini ranah ijtihadiyah.
Cerdas dalam agama, hal ini dulu sudah pernah diajarkan Nabi kita dalam satu kalam mulia beliau :
عن معاوية رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله علىه وسلم : من يرد الله به خيرا يفقهه فى الدين (متفق عليه)
Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memberinya pemahaman tentang agama (HR. Imam Bukhari dan Muslim) dari Sahabat Mu'awiyah RA.
Semoga bermanfaat 🙏
(Pardi Syahri Anak_Amak)