Jalan kaki dari Bukik ka Baso.

Pilot Canang Sumbar
0


Masjid Darul Ihsan Baso, tepat di samping Masjid ini saya tinggal (kost).

Sijunjung, CanangNews.com-Kisah ini terjadi sekitar tahun 1999, saat itu saya berangkat ke pasar raya Bukittinggi tepatnya ke-surau Inyiak Djambek mengunjungi salah seorang senior saya yang saat itu beliau jadi garin di situ. 


Ketika saya sampai di pasa bendi, saya lansung saja menuju surau, Alhamdulillah orang yang dicari ada. Setelah bercerita dan makan siang kami tidur sejenak karena rencana setelah ashar kami akan berangkat ke Baso. 


Sebelum tidur saya titipkan uang saya kepadanya, karena saya takut kalau pegang uang banyak hilang atau kanai ciluik beko. Singkat cerita kami tidur, saat mau ashar kami bangun sholat ashar dan berangkat ke Baso.


Tanpa sepengetahuan beliau saya masuk toilet karena ada sesuatu yang mendesak, beliau pun berangkat sendiri ke Baso perasaan beliau saya sudah duluan ke simpang lambau menunggu otto padahal saya masih di dalam toilet.


Pasa Bendi, di sini tempo dulu banyak berjejer kudo bendi, pas di sampingnya ada surau Inyiek Djambek


Saat itu belum ada hp atau alat komunikasi seperti sekarang, saya rosok "rabah" saku baju dan celana saya untuk mengambil kepiang "uang" sambil berucap "ondeh mande" pitih tak ada karena sudah dititipkan tadi.


Akhirnya jalan kaki deh, dari Bukik ke Baso lebih kurang 11 kilo saudara, di mana terdengar azan saya berhenti sholat maghrib, isya, dan istirahat sejenak, setelah isya saya lanjutkan lagi jalan kaki.


Alhamdulillah jam 10 malam saya baru sampai di Baso. Saat itu sebahagian anak kost sudah ada yang tidur, saya ketuk pintu rumah ternyata yang membuka pintu uda saya tadi, sambil bekata "dari mana saja" katanya, dalam hati saya berkata "uda tinggaan awak yo" tanpa berkata-kata saya lansung tidur, karena capek jalan kaki.


Kerena merasa bersalah uda tadi masuk ke kamar saya dan bertanya sambil meragkul saya dan menyalami saya dia berbisik maafkan uda yo diek, uda sangko tadi adiek alah duluan makonyo uda susul, kemudian saya jawab ambo tadi jalan kaki uda, makonyo lambek tibo. 


Kenapa jalan kaki? ya karena tak punya uang, malu naik otto kalau tak punya ongkos jawab saya. Begitulah suka dukanya saya waktu belajar mencari ilmu dari Pesisir Selatan-Canduang Bukittinggi.


Itulah sedikit cerita pengalaman pribadi saya, saya rasa mungkin ada sebahagian yang mengalami kisah yang sama dengan saya, silahkan berbagi.


KIsah ini sudah 20 tahun lebih, Nostalgia waktu mondok tempo doeloe di MTI Canduang, sengaja saya tak sebutkan nama uda saya itu, karena menjaga kode etik jurnalistik. Semoga beliau sehat-sehat saja, mudah-mudahan saja beliau baca status ini 😄


Foto saat saya kelas 1 di MTI Candung, Bukittinggi

(PardiS_Anak Amak)

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top