CANANGNEWS- Pesta Pilkada serentak di Padang Pariaman, bersuluh matahari bergelanggang mata rang banyak.
Meski KPU belum mengumumkan, di daerah ini cuma ada dan akan bersaing dua calon Bupati dan Wakil Bupati; Suhatri Bur – Yosdianto dan John Kenedy Azis – Rahmat Hidayat.
Suhatri Bur, calon petahana diberangkatkan oleh koalisi PAN dan PPP, sementara John Kenedy Azis diusung oleh Golkar, Gerindra, PKB, Nasdem, PKS, Demokrat dan PDI Perjuangan.
Secara politik, John Kenedy Azis unggul. 29 dari 40 kursi DPRD Padang Pariaman berada di lingkaran dia. Hanya 11 kursi yang ikut di gerbong petahana.
Pilkada tidak menjamin banyak dukungan partai untuk bisa menang, dan merebut kekuasaan di tingkat lokal.
Masyarakat yang menentukan. Masyarakat Padang Pariaman di 17 kecamatan dan 103 nagari, sepertinya sudah paham dan mana tokoh yang pantas dan patut untuk memimpin.
Pilkada memang 27 November 2024. Tapi hiruk-pikuk helat itu sudah terasa sejak setelah Pileg dan Pilpres Februari lalu.
Sampai hari ini, kedua tim Paslon sudah bergerak di lapangan. Begitu juga dengan Paslon itu sendiri. Namun sebagai bupati yang sedang menjabat dan berprestasi, tingkat keterpilihan (elektabilitas) Suhatri Bur tampaknya sangat sulit dikejar, apalagi digerus oleh John Kenedy Azis – Rahmat Hidayat.
Sebagai bupati petahana, Aciak, begitu Suhatri Bur akrabnya di seantero Padang Pariaman, masih bertengger di puncak survei yang dilakukan oleh tiga lembaga/konsultan politik berbeda.
Untuk survei metode simulasi; jika Pilkada diikuti tiga pasang calon, maupun head to head alias dua pasang calon, Aciak masih unggul telak. Survei itu dilakukan pada pertengahan Juli 2024.
Sementara awal September ini, sejumlah lembaga survei kembali melakukan survei tahap selanjutnya yang hasilnya bisa dilihat pada pertengahan bulan.
Lalu apa indikator yang membuat popularitas dan elektabilitas Aciak sulit digoyahkan hingga bahkan cenderung naik dari hasil teropong beberapa lembaga survei tersebut?
Pria kelahiran 11 Oktober 1970 bergelar adat Datuak Putiah itu tidak hanya sebatas bupati yang dikenal rajin turun menyapa masyarakat.
Selama kepemimpinannya, mantan Ketua KPU Padang Pariaman tersebut mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi daerah menjadi salah satu yang tertinggi persentasenya tingkat nasional. Penerimaan APBD, Dana Alokasi Khusus (DAK) juga meningkat.
Selama empat tahun menjabat bupati, Aciak sukses menurunkan angka kemiskinan, termasuk kemiskinan ekstrim.
Untuk lebih jelasnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021 angka kemiskinan ekstrem di Padang Pariaman sebesar 0,91 persen atau sebanyak 4.000 jiwa penduduk. Angka ini terus menurun hingga 2023 tinggal menjadi 0,41 persen – setara 1.400 jiwa penduduk.
Selanjutnya, berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), kondisi tenaga kerja tahun 2023, jumlah penduduk usia kerja sebanyak 303.247 jiwa.
Sedangkan jumlah angkatan kerja yang telah bekerja mencapai 207.131 jiwa dengan jumlah pengangguran terbuka hanya tinggal sebanyak 14.861 jiwa.
Begitu pula dengan Koefisien Gini (Gini Ratio) sebagai salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh masyarakat.
Dari 2019 ketimpangan pendapatan di Kabupaten Padang Pariaman cukup fluktuatif, namun cenderung menurun.
Pada 2018 berada pada angka 0.207 turun menjadi 0,237 pada 2020 dan terus turun hingga 0.245 pada 2022 dan terus meningkat menjadi 0.256 pada 2023.
Ketimpangan pendapatan masyarakat di Kabupaten Padang Pariaman mampu dikendalikan dengan baik di bawah kepemimpinan Aciak.
Tidak hanya itu, di tengah pandemi Covid-19 dari 2020 hingga 2022, ketahanan pangan Padang Pariaman terjaga dengan baik. Pengendalian pandemi bahkan tidak mematikan pertumbuhan ekonomi, khususnya pada sektor riil.
Sebagai bupati, Aciak juga sangat peka dan penuh dedikasi pada persoalan rakyat. Tidak ada jarak antara dia dan masyarakat yang dipimpinnya.
Saat bencana banjir bandang, jalan terban dalam cuaca ekstrim, Aciak tetap turun meninjau ke lapangan. Begadang hingga berhari-hari – mengabaikan kesehatannya sendiri.
Begitu juga dengan pembangunan. Jalan baru banyak dibuka, dilanjutkan pengaspalannya. Meski masih menyisakan di beberapa wilayah, jalan yang dianggap prioritas, sudah dianggarkan pengaspalannya tahun berikutnya.
Sebagai bupati, Aciak memiliki hubungan yang harmonis dengan DPRD sebagai lembaga mitra sejajar. Dalam setiap pembahasan anggaran, Aciak mampu meyakinkan DPRD terhadap skala prioritas pembangunan.
Hal sebaliknya juga diterima Aciak dari legislatif. Dukungan penganggaran yang diberikan DPRD juga maksimal, karena ada kesamaan persepsi atau sudut pandang terhadap pembangunan daerah antara kedua lembaga itu.
Prestasi ini akan terus ditingkatkan jika Aciak terpilih kembali menjadi bupati. Dengan kerja nyata dan dukungan luas dari masyarakat, Ketua DPD PAN Padang Pariaman ini akan melanjutkan dan meningkatkan program pembangunan sesuai visi-misi Padang Pariaman CERMAT.
Selama empat tahun menjadi bupati, kinerja Aciak bukan “katanya-katanya”. Kinerjanya bisa dibaca melalui data statistik resmi oleh instansi independen. Bukan instansi yang diurus oleh bawahannya di Pemkab Padang Pariaman.
Sebagai contoh, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Padang Pariaman meningkat di masa kepemimpinan Suhatri Bur.
Jika diperhatikan dari komponen pembentuknya, semua unsur komponen IPM Kabupaten Padang Pariaman selama lima tahun terakhir, mengalami kedinamisan eskalasi.
Di sisi lain, usia harapan hidup warga juga meningkat hingga mencapai usia 69,7 pada tahun 2023.
Demikian juga rata-rata lama sekolah. Pada tahun 2019 rata-rata lama sekolah di Padang Pariaman tercatat sebesar 7,87 tahun.
Angka tersebut meningkat hingga menjadi 8,41 tahun pada tahun 2023. Artinya pada 2023 rata-rata penduduk di Kabupaten Padang Pariaman telah menempuh pendidikan selama 8.41 tahun atau setara kelas dua pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Beberapa faktor pendukung capaian tersebut, karena tersalurnya dukungan pasif dan aktif ke setiap sekolah. Baik dalam bentuk bantuan program maupun dana BOS, beasiswa, hingga kelengkapan sarana dan prasarana sekolah.
Demikian juga halnya dengan indikator harapan lama sekolah. Pada 2019 di angka 13,62 menjadi 14,19 pada 2022. Hal itu menunjukkan adanya optimisme masyarakat terhadap pendidikan ke depannya.
Dengan paparan data di atas, Suhatri Bur memiliki alasan dan peluang besar untuk kembali memimpin Padang Pariaman.
Program yang sedang berjalan dan yang akan dijalankan, akan memoles wajah Padang Pariaman menjadi lebih berkilau di masa depan. (Red)