Pembentukan Karakter Anak di Era New Normal

0

Siska Eka Putri Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Batusangkar


Pembentukan karakter anak merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat ditunda-tunda lagi. Karakter seseorang di masa dewasa amat ditentukan oleh pendidikan pada masa kanak-kanak.

Pendidikan Islam baik yang dilaksanakan oleh keluarga, maupun berbagai macam lembaga pendidikan lainnya, adalah sarana yang paling strategis dalam pembentukan karakter anak, karena dalam pendidikan Islam, masalah pembentukan karakter merupakan jiwanya.
Pembentukan karakter merupakan agenda utama pendidikan Islam, karena pendidikan karakter merupakan jiwa pendidikan Islam pada umumnya. Berbagai mata pelajaran lainnya harus berkontribusi dalam pembentukan karakter yang baik.

Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pembentukan karakter telah menjadi salah satu tujuan pendidikan nasional. Dalam Bab II, pasal 3 UUD tersebut dinyatakan: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Selanjunya pembentukan karakter juga menjadi perhatian hampir semua kalangan, mengingat peran dan fungsi karakter ini begitu penting bagi kehidupan. Hal ini terlihat dari banyaknya istilah yang berkaitan dengan karakter. Dari kalangan agama mengenalkan istilah akhlak; dari kalangan filosof mengenalkan istilah etika; dari kalangan tokoh masyarakat mengenalkan istilah budi pekerti, sopan santun atau adab; dari kalangan spiritualis mengenalkan istilah moral; dan dari kalangan akademisi mengenalkan istilah karakter.
Kini masyarakat dan dunia pendidikan pada umumnya lebih suka menggunakan istilah pembentukan atau pendidikan karakter dari pada pendidikan akhlak atau lainnya. Karena berbagai istilah tersebut walaupun memiliki perbedaan dari segi asal usul dan carannya, namun sama, yaitu berbicara tentang yang baik atau yang buruk.

Era New Normal atau zaman Normal Baru adalah suatu keadaan di mana manusia memasuki kehidupan normal, namun keadaannya berbeda dengan kehidupan normal pada masa sebelumnya. Era Normal Baru yang akan segera dijani saat ini secara kontekstual berkaitan erat dengan adanya dampak penuluran wabah Covid 19. Agar masyarakat tidak tertular, maka perlu mengikuti Protokol Kesehatan dengan menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, tidak mengadakan kerumunan, menjaga daya tahan tubuh dengan makan yang bergizi, berolahraga, istirahat, berpikiran positif, dan sebagainya.

Selain itu pada era normal baru ini setiap orang harus makin cerdas, cermat dan bijaksana dalam mengambil tindakan apapun, membangun komunikasi, interaksi, kerjasama dan tolong menolong dengan orang lain, mengingat penanggulangan covid 19 tidak dapat dikerjakan secara sendiri-sendiri. Dalam new normal baru ini manusia harus memiliki rujukan atau kognitive frame work yang baru yang didasarkan pada pertimbangan ilmiah, prinsip-prinsip dan norma-norma ajaran universal, yakni kemanusiaan, keadilan, keselamatan dan sebagainya. Untuk cara-cara dan tradisi lama yang selama ini digunakan dalam kehidupan harus ditinjau kembali, termasuk dalam cara kita memelihara lingkungan, membangun keluarga, memelihara kesehatan, pengembangan dalam bidang sains, dan cara mengamalkan agama.

Khusus pada pengamalan agama pada era normal baru ini adalah pengamalan agama yang cerdas-rational, yang berdampingan dengan pendekatan saintifik dan lainnya; pengamalan agama yang makin dewasa, makin komprehensif, makin holistik, makin seimbang antara pendekatan dimensi eksoterik (fiqh) dengan dimensi esoteric (pesan moral, kemanusiaan, perdamaian dan lainnya dari agama).

Saat tinggal di rumah juga merupakan momentum yang paling baik untuk melakukan pembinaan karakter oleh orang tua pada anak-anaknya. Momentum ini amat penting, karena selama ini kedua orang tua kurang punya waktu yang cukup untuk membentuk karakter anak-anaknya melalui pembiasaan, latihan dan teladan. Semua ahli sepakat bahwa pembentukan karakter oleh orang tua adalah yang paling tepat, karena orang tua memiliki rasa sayang, cinta kasih, amanah dan tanggung jawab yang tidak dimiliki para guru.
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(50)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top