Pelatihan Jurnalistik: Jangan Mudah Terprovokasi Media Tidak Jelas

0

Dari kiri > Armaidi, Zakirman Tanjung dan Moderator Adis Hidayat

Pariaman, CanangNews – Mahasiswa dan siswa harus hati-hati menyikapi informasi berita-berita yang disajikan berbagai media sosial, media online dan lainnya. Jangan mudah terprovokasi oleh media yang tidak jelas, apalagi men-share (membagikan – red) berita dan informasi yang belum tentu kebenarannya di media sosial (medsos).

Demikian diungkapkan Bendahara  Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Padang Pariaman Armaidi S Sos MA saat memberikan materi pada Pelatihan Jurnalistik yang diselenggarakan Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Pariaman, Sabtu (24/8/2018) siang.  Narasumber lain tampil Praktisi dan Konsultan Media Zakirman Tanjung.

Pelatihan dibuka  Walikota  Pariaman diwakili Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Drs H Kanderi MM,  diikuti mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh Burhanuddin, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sumbar Pariaman, pelajar SMA, SMK dan MAN di Kota Pariaman.

Menjawab pertanyaan siswa SMA,  Armaidi menyebutkan, isu-isu agama dan politik sangat mudah menarik perhatian publik. Sentimen agama yang disajikan media sosial dan siber sangat mudah memancing untuk sikapi. Apalagi nama medianya cenderung bernuansa agama, sangat mudah menjadi perhatian publik.  Padahal informasi yang disampaikan sesungguhnya adalah hoaks.

“Secara pribadi saya sudah beberapa kali menemukan berita hoaks yang menyesatkan. Faktanya bertolak belakang dari peristiwa sesungguhnya. Namun, karena ada kepentingan pihak tertentu, informasi tersebut sengaja dibelokkan agar sentimen agama mudah dipercaya publik,” tutur Armaidi yang juga Pemimpin Redaksi Sitinjausumbar.com.

Data dari Dewan Pers menyebutkan, kata Armaidi,  ada 47 ribu media di Indonesia. Sekitar 2.000-2.500 tercatat sebagai media cetak, 44.300 media online, 600 media televisi dan 400 media radio. Dari semua media tersebut, ternyata masih sangat sedikit yang terverifikasi di Dewan Pers.

“Agar terhindari dari berita-berita hoaks, setidaknya bisa dilihat dari pengelola media tersebut. Standar Dewan Pers setidaknya harus ada lembaga berbadan hukum (PT, yayasan atau koperasi) yang mengelola/menayangkan. Harus ada penanggungjawab, alamat,  struktur, nomor kontak yang  pengelola jelas. Jika hal tersebut tidak lengkap,  informasi yang disampaikan jangan mudah dipercaya. Bila perlu abaikan saja informasinya. Jangan-jangan berita/informasi yang disampaikan hoaks,” kata Armaidi, yang sudah mengikuti uji kompetensi wartawan utama ini. 

Jika media tersebut dikelola atau berafilisasi dengan organisasi tertentu, maka harus jelas organisasinya. Sehingga informasi terkait organisasi tersebut  dapat dipercaya, kata Armaidi yang juga pengurus  Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sumatera Barat ini.

Pemateri foto bersama peserta pelatihan

Sebelumnya, Praktisi dan Konsultan Media Zakirman Tanjung menyebutkan,  laporan / berita hendaklah ditulis secara komprehensif  agar pembaca memperoleh informasi yang lengkap alias tidak menyisakan tanda-tanya. Selain itu, wartawan dituntut berpacu dengan waktu, menyajikan hasil liputan pada kesempatan pertama. Dengan kata lain, haram bagi wartawan menunda-nunda pekerjaan.

“Cara belajar efektif menulis berita adalah dengan metode ATM BRI (amati, tiru, modifikasi, belajar rajin dan intensif). Metode ini sangat efektif jika belajar dengan autodidak. Seperti pengalaman saya menulis artikel, puisi, cerpen dan berita yang dilakukan semenjak sekolah dasar (SD),” kata Zakirman.

Pada kesempatan itu, Zakirman sengaja menyiapkan materi tertulis sepanjang 8 halaman dan membagikannya kepada semua peserta, berisi tentang teknis menulis berita, fungsi dan kewajiban wartawan serta kode etik jurnalistik (KEJ) plus Surah ke-49 Al-Hujuurat ayat 6 Al-Qur’an.

Dengan demikian, dalam sesinya lebih banyak memaparkan etika dan motrivasi menulis. “Kegiatan menulis tidak hanya aktivitas wartawan dan seniman, tetapi hendaknya dilakoni oleh semua intelektual pada segala bidang ilmu. Ahli fisika, kimia, matematika dan ekonomi misalnya harus mampu menulis,” ujar pria yang mulai menulis di surat kabar semenjak berusia 16 tahun – Agustus 1985 – ini.

Karena keterbatasan waktu pelatihan, Zakirman membuka peluang kepada semua peserta untuk berdiskusi dengannya via telepon, email, whatsapp, messenger media sosial atau jika bertemu pada kesempatan berikutnya.

“Insya Allah, saya menyatakan diri bersedia melayani adik-adik untuk berdiskusi kapanpun selagi saya masih hidup,” kata Zakirman yang memiliki sapaan akrab: Oom Zast.

Kegiatan Pelatihan Jurnalistik ini merupakan rangkaian acara Pelantikan Pengurus PC PMII Kota Pariaman > http://www.canangnews.com/2018/08/pmii-kota-pariaman-harus-ikut-menangkal.html. (BAT)

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(50)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top