Catatan Drs Syauqi
MELINTAS 7 provinsi perjalanan
dari Kota Bandung – Jawa Barat menuju ke Kabupaten Padang Pariaman – Sumatera Barat
sepanjang lebih dari 1.500 km adalah pengalaman yang nyaris berulang dari tahun
ke tahun. Meski demikian, keseruan perjalanan yang di dapat masih saja
dirasakan berikut dengan segala romantismenya.
Romantisme
itu terasa manakala melewati negeri-negeri yang bertumbuh dengan tata-kelola
penerangan jalan di setiap kota pusat pemerintahan yang dilalui. Semarak lampu
jalan seakan turut meramaikan iring-iringan mobil para pemudik.
Namun,
hal demikian tidak saya dapatkan di daerah asal saya, Kabupaten Padang Pariaman.
Setelah kami meninggalkan Kota Padangpanjang kegelapan jalanan kembali
menyergap. Kondisi ini terasa sangat kontras karena begitu kita memasuki Kota Padang
lampu-lampu jalan kembali menemani perjalalanan para pemudik maupun warga kota
lainnya.
Kenapa?
Apakah karena usia kabupaten-nya yang masih cukup muda atau ada faktor lain?
Saya
tidak mau berpolemik. Namun, hanya berharap banyak, sepanjang rute dari
Sicincin sampai ke Lubuk Alung – misalnya alangkah indahnya kalau disemarakkan
oleh penerangan lampu jalan – sebagaimana yang saya lihat pada kota-kota yang
kami lalui – menjadi bagian dari warna malam hari Padang Pariaman.
Salam,
Syauqi
- Kampung asal Pasar Pakandangan, Kecamatan
Enam Lingkung
- Rantau: Kota Bandung, Jawa Barat
Ini Suatu cambuk bagi pemerintahan kab pd pariaman...karena disetiap tagihan listrik pelanggan ada pajak penerangan jalan ( ppj ) dan ditambah lagi dengan telah dicabutnya subsidi listrik daya 900 Va keatas ...jadi sudah sewajarnya pemerintahan kab pd pariaman memperhatikan hal ini melalui instansi terkaitnya...mohon ma'af...
BalasHapusTerimakasih
Hapus