Menangkal Stunting dengan Dapur Ibu: Optimalisasi ASI dan MP-ASI Lokal Berkualitas dalam Membangun Generasi Emas

0
         Catatan Ferawati SGz, mahasiswi Magister Ilmu Gizi FKM Universitas Andalas

Dosen Pengampu Dr Helmizar SKM MBiomed

STUNTING masih menjadi tantangan besar bagi pembangunan kesehatan di Indonesia. Menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi stunting nasional masih berada pada angka 21,6% meskipun mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Stunting bukan hanya soal tubuh pendek melainkan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, yakni sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.

Masalah stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya asupan gizi pada ibu hamil dan anak-anak serta kurangnya pengetahuan tentang gizi yang baik. Di antara faktor utama yang menyebabkan stunting adalah kurangnya asupan gizi pada masa awal kehidupan, terutama melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak optimal. 

Sayangnya, tidak semua ibu memiliki pemahaman yang cukup tentang pentingnya ASI eksklusif maupun cara memberikan MP-ASI yang tepat.

ASI Eksklusif: Perlindungan Alami dari Stunting
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman lain kepada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan. ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh optimal serta mengandung antibodi alami untuk melindungi dari penyakit infeksi.

Namun faktanya, data cakupan ASI eksklusif di Indonesia berdasarkan data  SKI pada tahun 2023, persentase bayi usia kurang dari 6 bulan di Indonesia yang menerima ASI eksklusif mencapai 68,6% dan bayi usia 6–23 bulan yang menerima ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebesar 55,5%. 

Banyak ibu yang berhenti menyusui karena berbagai alasan, mulai dari kesibukan kerja, kurangnya dukungan keluarga dan lingkungan, hingga mitos yang keliru tentang menyusui. Padahal, anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih rentan mengalami infeksi, pertumbuhan yang terhambat dan kekurangan gizi. Dalam jangka panjang, hal ini bisa berujung pada stunting.

MP-ASI: Transisi Penting Menuju Pola Makan Seimbang
Setelah bayi berusia 6 bulan, ASI saja tidak lagi mencukupi kebutuhan gizinya. Oleh karena itu, diperlukan MP-ASI yang tepat, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. MP-ASI seharusnya kaya akan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan mikro (zat besi, seng, vitamin A, dan lainnya), mudah dicerna serta disajikan dalam porsi yang sesuai.

Sayangnya, masih banyak praktik pemberian MP-ASI yang kurang sesuai. Banyak orang tua memberikan makanan yang rendah gizi, terlalu cair, atau tidak sesuai jadwal pemberiannya. Ini menyebabkan bayi kekurangan energi dan nutrisi penting yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Kekurangan zat besi, misalnya, sangat umum terjadi pada bayi yang tidak mendapatkan MP-ASI berkualitas dan ini berkontribusi besar terhadap terjadinya stunting. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan cara pengolahan MP-ASI: bahan pangan lokal yang digunakan serta frekuensi pemberiannya.

Solusi dan Upaya Pencegahan
Menghadapi permasalahan ini, berbagai pihak telah melakukan sejumlah inisiatif dan intervensi yang patut diapresiasi. Berikut adalah beberapa solusi dan praktik baik yang dapat diterapkan di masyarakat:

Melalui program kegiatan Edukasi Gizi Ibu Hamil dan Menyusui Edukasi sejak dini tentang pentingnya ASI dan MP-ASI harus dilakukan secara masif. 

Pemberdayaan masyarakat dalam program kelompok pendukung dan Peduli ASI dan MP-ASI, kolaborasi petugas kesehatan, kader posyandu serta tokoh masyarakat perlu dilibatkan untuk menyebarkan informasi yang benar tentang gizi bayi.

Penyediaan Konseling Laktasi Pemerintah dan lembaga swasta dapat mendukung dengan menyediakan layanan konseling menyusui agar ibu tidak merasa sendiri ketika menghadapi kesulitan menyusui.

Pelatihan Pembuatan MP-ASI Lokal Mengajarkan ibu-ibu cara membuat MP-ASI dari bahan lokal yang murah namun bergizi bisa menjadi solusi jangka panjang. Misalnya, penggunaan ikan, telur, sayuran, dan kacang-kacangan yang mudah diakses.

Kebijakan Ramah Ibu Menyusui di Tempat Kerja, serta adanya Dukungan regulasi seperti cuti melahirkan yang cukup dan fasilitasi ruang laktasi di tempat kerja sangat penting agar ibu tetap bisa memberikan ASI eksklusif meski bekerja.

Pemberdayaan Keluarga dan Ayah atau suami, Peran ayah dan anggota keluarga lain sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung praktik menyusui dan pemberian MP-ASI lokal yang berkualitas.

Peran Masyarakat dan Media
Selain upaya dari pemerintah dan tenaga kesehatan, media dan masyarakat umum juga memiliki peran strategis. kegiatan Kampanye melalui media sosial, televisi, dan radio bisa menjadi sarana efektif untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya ASI dan MP-ASI.

Pembentukan Komunitas ibu menyusui atau kelompok pendamping ibu hamil dan ibu menyusui bisa dibentuk untuk saling berbagi pengalaman dan mendukung satu sama lain. Hal ini terbukti efektif meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di banyak daerah.

Harapan Menuju Generasi Emas
Stunting adalah masalah yang bisa dicegah jika kita bersama-sama bergerak sejak awal kehidupan anak. ASI eksklusif selama enam bulan pertama dan pemberian MP-ASI yang berkualitas merupakan dua senjata utama untuk melawan stunting. Ini bukan hanya tugas tenaga kesehatan, tapi juga tugas kita semua : keluarga, masyarakat, media, dan pemerintah.

Dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masayarakat, dukungan, dan akses terhadap informasi dan layanan yang memadai, kita dapat membangun generasi masa depan yang lebih sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.

Mari cegah stunting, mulai dari rumah kita sendiri.

Baca juga catatan Ferawati SGz tahun 2018



Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(50)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top