Pemandangan Masjid di seberang sungai, itu baru qubahnya.
Sijunjung, Canangnews.com - Kali ini saya menghadiri undangan salah seorang pengurus Masjid di Durian Gadang. Masjidnya terletak di seberang sungai untuk sampai lokasi jalan satu-satunya yang musti ditempuh adalah jembatan kayu berayun.
Jembatan ini merupakan jembatan yang kedua jembatan pertama sudah tidak digunakan lagi karena sudah lapuk dimakan usia. Setelah buka bersama kami berangkat menuju masjid. Jembatan gantung ini hanya bisa dilewati kendaraan roda dua dan jalan kaki.
Jembatan berayun yang jadi penghubung satu-satunya untuk sampai masjid.
Melewati jembatan ini mengigatkan saya akan jembatan di kampung saya kondisinya hampir sama dengan suasana kampung halaman saya. Sampai lokasi saya disambut oleh jemaah yang sudah menunggu di halaman masjid.
Salah seorang jemaah memberikan keterangan tentang kampung ini, dulu waktu belum ada jalan lintas Silokek-Durian Gadang orang menggunakan kendaraan air "sampan" untuk mengangkut barang menuju Taluk Kuantan, semua sampan berhenti di halaman masjid.
Sungai yang di depan masjid ini adalah tempat mangkalnya sampan dan para penumpang beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju taluk kuantan. Sayang waktu itu belum ada kamera seperti sekarang ini jadi agak sulit juga untuk mendapatkan dokumentasinya.
Hanya ada cerita dari mulut kemulut saja dari orang-orang tua yang masih hidup yang dapat dijadikan sumber informasi. Saya membayangkan alangkah susahnya perjalanan orang tempo dulu, melewati arus sungai yang cukup deras terkadang semua isi sampan dibongkar terlebih dahulu.
Hmmm...jadi sungai depan masjid ini dulunya pelabuhan sampan ya pak? ya begitulah kira-kira jawabnya. Ramai juga tu pak dulu orang bermalam di sini, iya ucapnya.
Saya ke sini sudah sering diundang, namun informasi ini baru sekarang saya dapatkan. Sudahlah kisah ini kita tinggalkan dulu kita masuk kecerita yang sekarang saja. Setelah masuk masjid saya menuju kamar ganti untuk ganti kostum karena sholat isya akan segera tiba.
Tak berapa lama bilal maju mengumandangkan azan isya, setelah azan kami sholat sunnah dulu. Setelah isya barulah saya diminta naik mimbar tak lama hanya 30 menit saja selesai. Setiap perjalanan akan selalu saya abadikan untuk dikenang dikemudian hari.
Itu saja tak lebih, tadi setelah sholat dalam perjalanan saya sempat juga bertanya kepada teman yang membawa kendaraan saya kebetulan juga beliau putra daerahnya. Kenapa namanya Durian Gadang da? apakah di sini dulu banyak batang durian ya da? iya jawabnya Oo....itu makanya diberi nama durian gadang ya da.
(PardiS_Anak Amak)