Oleh Bagindo Yohanes Wempi
KEBIASAAN penulis diatas kendaraan selalu menghidupkan
dan mendengarkan siaran Radio RRI Pro 4, 92,4FM Padang, atau disebut juga
dengan radionya budaya Indonesia. RRI Pro 4 ini muatan isinya bernuansa budaya
Indonesia (minang), program siarnya seperti lagu minang, berita berbahasa minang,
kaba budaya minang/ke-Indonesiaan dan memberitakan rubrik makan-makan khas
minang.
Suatu waktu ada rubrik berita tentang
makanan khas minang yang disebut dengan "lapek barajut", yang
penjelasan adalah lapek barajut ini makan khas minang yang dibuat dari pisang
yang diadoni tepung, lalu ditengah (inti) dikasih saka (manisan). Lapek
dibungkus dengan daun pisang, lalu diikat kedua ujungnya beruntaian dengan tali
rapia/pandan, kata penyiar RRI Pro 4 tersebut seperti rajut maka mereka
menamakannya lapek berajut.
Penulis mendengar berita tentang lapek
barajut ini, ada hal yang keliru dalam penyampaian dari RRI Pro 4 tersebut dari
yang diketahui, maka terketuk hati ini untuk mengomentarinya dan meluruskan
nama lapek teresebut dalam tulisan ini.
Perlu dibukak sejarah lapek tersebut
dibuat, dimana mulai populernya, dimana asal muasal lapek itu muncul dan segala
macamnya. Tapi karena penulis hanya dengar siaran radio, barang tentu terpaksa
pasra menerima penjelasan dari penyiar tersebut.
Pada kesempatan tulisan ini, penulis
menglarifikasi tentang keberadaan lapek barajut tersebut. Perlu diketahui bahwa
lapek barajut itu nama aslinya adalah "Lapek Kampung Aro". lapek asal
dari daerah Kampung Aro.
Sejarah lapek kampung aro ini
dipopulerkan oleh Gubernur Ir. Azwar anas diera 80an, mereka bersama rombongan
kementrian pada waktu itu datang acara kunjungan kerja kekampung aro, dalam
rangka mengunjungi kampung ternak ayam kampung.
Pada kesempatan kunjungan tersebut,
Gubernur Sumbar milihat makanan, lalu bertanya pada Ibu PKK Desa Balah
Aie, Kecamatan Perwakilan Pakandangan, Kecamatan 2x11 Enam lingkung Daerah TK
II Padang Pariaman, ; "ini apa nama lapeknya?, seperti peluru
bulando bauntai" kata Pak Gubernur. "ini lapek kampuang aro
Pak" jawab Ibu-ibu PKK tersebut, lapek pisang khas Desa Balah Aie. Yang
sekarang desa tersebut menjadi Nagari Koto Tinggi.
Selesai acara tersebut, Ibu-ibu PKK
Balah Aie menjadikan lapek kampung aro menjadi ole-ole/bingkisan yang dibawa
juga oleh rombongan Kemetrian, rombongan Gubernur, rombongan Bupati, rombongan
Pak Camat, dan tamu lain yang datang pada acara tersebut.
Semenjak acara tersebut, Bupati dan
Kepala Dinas di PemkabTK II Padang Pariaman menjadikan lapek kampung aro
sebagai makan khusus dalam jamuan acara atau rapat-rapat di pemerintah.
Sehingga lapek kampung aro semakin pupoler dan menjadi makan khas dari daerah
Padang Pariaman atau Minangkabau.
Lapek kampung aro ini memang enak.Jika
dibawa kedaerah lain lapek tanpa bahan pengawet ini bisa tahan 3 minggu. Jika
ditarok dalam kulkas bisa tahan bulanan.
Penulis jika taragak lapek kampuang aro
bisa didapat atau dibeli di Pasa Lubuk Alung, Balai Kamih (Pasar Pakandangan),
Pasa Sicincin, Pasa Pauh Kamba atau kesumbernya dikampung aro sendiri, sekarang
Korong Balah Aie, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang
Pariaman tepatnya.
Pada tulisan ini perlu ditegaskan bahwa
lapek barajut itu nama sebenarnya lapek kampung aro, lapek khas urang Piaman
yang sudah mendunia. Harapan dengan adanya klarifikasi dari penulis yang lahir
dan besar berasal dari daerah lapek ini diciptakan agar publik mengetahui jelas
asal muasalnya. Sehingga bisa memberikan penghargaan pada leluhur yang
menciptakan lapek kampung aro tersebut.
Pihak RRI Pro 4, 92,4FM Padang yang
sudah terlajur salah memberitakan informasi, menurut penulis berharap bisa
mengklarifikasi dan memberitakan ulang tentang kebenaran nama dari lapek
tersebut, termasuk asal muasal daerah lapek kampuang aro ini ada.
Penulis selaku putra daerah lapek ini
diciptakan, perlu menegaskan dan menjelaskan kepada pemangku kepentingan
mempublis koliner minang terkhusus lapek kampung aro ini harus lah benar dan
kalau bisa dipatenkan oleh Pemda agar tidak diciplak oleh negara lain [*].