Oleh: Bagindo Yohanes Wempi
Budaya badoncek adalah budaya sosial
masyarakat Paiaman Minang yang dipakai dahulunya dalam bentuk saling memberikan
sumbangan secara materil untuk menopang kegiatan publik atau wujud spontanitas
membantu anak nagari memenuhi kebutuhan individu yang tertimpa musibah. Bahkan
lebih dari itu badoncek sebagai media menyukseskan semua kegiatan pembangunan
infrastrukut untuk sosial di tengah-tengah nagari.
Istilah badoncek pada saat ini tidak
lagi populer dikalangan masyarakat Piaman Minang secara utuh. Keadaan ini
disebabkan pada era rezim Soeharto melalui kebijakan sentralistiknya
menggalakan program sosial khusus masyarakat yang dinamakan dengan gotong
royong. Akhibatnya budaya badoncek tersebut nyaris punah.
Jika dibandingkan nilai-nilai badoncek
dengan nilai-nilai gotong royong sangat berbeda. Secara filosifi budaya, maupun
dasar korenah nilai adat isti adat Minangkabau yang ada dimasyarakat. Namun
secara tujuan akhir memang sama, kedua-keduanya merupakan kegiatan membantu sesama
masyarakat.
Perlu dipahami nilai-nilai badoncek yang
diwujudkan ditengah masyarakat Piaman tempo dahulu adalah suatu kegiatan sosial
kemasyarakatan yang saling bantu membantu berdasarkan nilai adat basandi syarak-syarak
basandi kitab bullah (ABS-SBK). Melalui ikatan adat isti adat yang dikendalikan
melalui budaya reward dan budaya punishment antara masyarakat Piaman yang terlibat didalamnya.
Sekarang, budaya badoncek tidak lagi
mengaung sebagai budaya Piaman Minangkabau yang menguntungkan Masyarakat
seperti dahulu. Terkesan dikalangan para tokoh masyarakat Piaman, budaya
badoncek ini sekedar kebiasaan adat salingka Nagari saja. Akhirnya budaya
badoncek tersebut tidak lagi memiliki tempat di jantung rang Piaman sebagai
nila-nilai yang memberi kebaikan untuk semua.
Sikap yang mengatakan budaya badoncek
itu hanya milik beberapa Nagari, itu merupakan pemahaman yang keliru dan salah.
Budaya badoncek pada dasarnya merupakan sosial budaya Paiaman Minangkabau yang
menganut filosifi ABS-SBK sudah hilang dan perlu kembali digalakan.
Saat ini sosial budaya badoncek sangat
dibutuhkan oleh rang Paiaman untuk
membangun dan memajukan daerah Padang Pariaman yang sudah jauh tertinggal.
Perlu dipahami sama-sama bahwa masyarkat Padang Pariaman memiliki
keterbatasan dibandingkan daerah lain di Indonesia. Jika tidak ada budaya
badoncek di Piaman sebagai solusi, berakibat pembangunan di Piaman tidak akan berhasil.
Pembangunan yang ada ditengah masyarakat
sebahagian besar diselesaikan melalui peran nilai kebersamaan, alias badoncek
melibatkan banyak orang tanpa melihat latar belakangnya. Mari ambil contoh
seperti pembangunan Istano gadang pagaruyuang yang hangus ditelan api pada
tahun 2012.
Sekarang pembangunan rumah gadang
tersebut telah selesai. Istana tersebut sudah kembali megah. Pembangunan
tersebut sukses karena Bupati Tanah Datar, Sodiq Pasadigu membuka diri dan
menghimpun donasi sumbangan melalu budaya badoncek ditengah masyarakat Minang.
Baik yang ada dirantau maupun yang ada dikampung untuk membangunnya.
Begitu juga pembangunan jalan layang
kelok sembilan yang sekarang dinikmati oleh masyarakat Sumatra Barat untuk
berpergian ke Pekanbaru. Kesemua prosesnya juga melalui pelibatan banyak pihak.
Dimulai dari perencanaan dan lobby-lobby agar proyek ini bersekala nasional
melibatkan kalangan yang duduk di eksekutif, legislatif dan tokoh Minang
ditingkat nasional.
Mereka sama-sama menyetujui bahwa
pembangunan jalan layang kelok sembilan tersebut dibutuhkan. Langkah
kebersamaan ini sudah ada diera Gubernurnya Ajo Elok menjabat (Almarhun Drs.
Zainal Bakar), akhirnya pembangunan dilanjutkan oleh Gamawan Fauzi, dan Irwan
Prayitno, yang sekarang kelok sembilan sudah bisa dinikmati masyarakat.
Perlu diberikan apresiasi bahwa budaya
badoncek yang dilakukan selama ini diakui sangat membantu pembangunan
Minangkabau. Apalagi pembangunan infrastruktur yang ada ditengah masyarakat
nagari yang tidak banyak tersentuh dana pemerintah seperti pembangunan kantor
KAN, Kantor Wali Nagari, Kantor Wali Jorong/Korong, tempat pertemuan adat dan
tempat-tempat pertemuan anak nagari, kesemua dibangun melalui badoncek.
Begitu strategisnya budaya badoncek
dalam pembangunan Minangkabau selama ini, maka diminta para elit tidak boleh
meninggalkan nilai-nilainya, baik secara aplikasi budaya badoncek untuk
membangun Minangkabau maupun yang lainnya. Penulia bisa simpulkan bahwa
kesuksesan membangun nagari, membangun kabupaten Padang Pariaman dan propinsi
tidak akan bisa terwujud tanpa ada gerakan budaya badoncek ditengah masyarakat.
Mari lihat contoh pembangunan Masjid
Raya Sumatra Barat karena tidak dibukanya peluang badoncek untuk
pembangunannya, berakibat penyelesaiaan pembangunan Masjid itu agak
lambat. Salah satu faktornya belum selesainya. dikarenakan tidak ada keterlibatan pihak luar untuk
membantu memecahkan kebuntuan. Selain itu, pembangunan masjid merupakan proyek
pemerintah, pemerintah propinsi terkesan jalan sendiri.
Pemerintah provinsi mengambil kebijakan
sendiri membangun Masjid Raya Sumatra Barat tersebut dengan menggelontorkan
APBD. Dana yang telah digelontorkan sebesar tersebut pun belum bisa
menyelesaikan pembangunan masjid yang diharapkan cepat selesai.
Jika diambil contoh kecil kesuksesan
hasil dari badoncek seperti pembagunan kantor-kantor ikatan-ikatan keluarga perantau
di Jakarta, gedung Ikatan keluarga tersebut sukses dibangun dengan badoncek
semua warganya.
Pelaksanaan lain seperti ifen MTQ daerah
Padang Pariaman dengan dilakukan budaya badoncek sehingga acara sukses dana
dapat terkumpul baik dari rantau maupun diranah senidiri sehingga kebersamaan
itu timbul.
Kesuksesan gerakan budaya bandoncek ini
bisa diperdalam maknanya melalui dukungan bersama. Mari pahami perumpamaannya
sebagai berikut, “barek samo dipikul, ringan sama dijinjing”. Artinya semua
sama-sama terlibat.
Jika pemerintah Padang Pariaman mau
jujur maka budaya badoncek ala Piaman bisa dijadikan sarana regulasi strategis
(jika perlu di Perdakan) untuk menampung dana dan masukan lain untuk membangun
Padang Pariaman yang serba terbatas dalam anggaran untuk mensejahterakan dan
memakmurkan rakayatnya [*)