Pariaman.Canangnews---Sebuah terobosan yang cukup pantastik dan
siap berkorban sehingga inves yang di tanam di kota Pariaman merupakan hal yang
cukup berani sehingga banyak yang tidak mengira Jimi mau berinvestasi di
Pariaman bahkan diluar dugaan pria yang memiliki darah keturunan Aisiyah
Muhammadiyah ini sudah merencanakan sesuatu yang spesial untuk pengembangan
investasinya di Pariaman.
Meskipun ia telah memiliki bisnis di 5 negara di antaranya;
Jepang, Malaysia, Singapura, Brunei dan Australi, namun membangun kampung
halaman adalah pilihan jiwanya.
"Bahkan ada yang mengangap saya sudah tidak waras lagi, dan
mengatakan apa keuntungan yang didapatkan jika berinvestasi di Pariaman,"
ujar Jimi saat bincang-bincang dengan beberapa
wartawan, Kamis yang lalu
Akan tetapi bagi seorang Jimi membangun kampung halaman adalah
sebuah keniscayaan, ia tidak hanya mengharapkan keuntungan semata, namun
membantu membuka peluang kerja bagi warga sekitar merupakan kepuasan bathin
yang tak terhingga.
Memiliki 3 orang putra Paul (36) Daniel (32) dan Hendru (30)
merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Jimi, karena ia bisa mewariskan usahanya
ini pada ketiga orang pria yang sudah dilatihnya semenjak kecil.
"Pertama kali kami sekeluarga mulai merintis usaha
penginapan dan resort ini di Pantai Pangandaran tahun 2007 dengan nama Safari
juga kemudian coba melakukan pengembangan di Kota Pariaman ini pada tahun
2016," kata Jimi.
Ia menceritakan bahwa telah memulai bisnis jasa pelayanan cafe
dan restoran semenjak tahun 1980 di perantauan yaitu Sydney Australia.
"Selama 30 tahun kami berbisnis di Negara Kanguru ini,
kemudian tahun 2003 balik ke Indonesia dan saat itulah kita mencoba melirik
bisnis resort dan hotel ini," ulas Jimi.
Putra kelahiran Kurai Taji ini mengatakan bahwa latar
belakangnya berinvestasi di Pariaman bukan semata-mata karna hanya membangun
kampung halaman, melainkan juga ingin membangkitkan potensi lokal yang ada.
"Masyarakat Pariaman tidak hanya memiliki karakter yang
unik, namun di balik itu ia memiliki ciri khas tersendiri baik budaya maupun
alamnya, masing-masing mempunyai nuansa yang berbeda jika kita kemas menjadi
sebuah daya tarik dan menciptakan pesona tersendiri yang tidak dimiliki daerah
luar," tuturnya.
Salah seorang putra Jimi Paul (36) mengatakan bahwa bisnis yang
dipercayakan padanya saat ini tidak serta merta diserahkan begitu saja
melainkan telah ditempa dan dilatih dalam waktu yang cukup lama.
"Sebagaimana yang dijelaskan tadi, bahwa bisnis keluarga
ini berawal dari usaha cafe dan restoran yang sudah malang-melintang selama
puluhan tahun, jadi di usia masih belasan tahun kami sudah dilatih jadi seorang
enterpreneur," tutur Paul.
enterpreneur," tutur Paul.
Anak pertama Jimi ini juga menuturkan bahwa selama 20 tahun, ia
membantu bisnis orang tuanya dan dilegalkan melalui Jurusah bisnis di salah
satu PT internasional di Australia memantapkan kepercayaan orang tuanya untuk
melanjutkan bisnis keluarga besar Jimi tersebut.
Paul mengakui dua tahun perjalanan Hotel dan Resort Safari Inn
di Pariaman belum ada kendala yang dihadapi.
"Sebetulnya yang namanya bisnis tidak akan ada artinya
tanpa resiko dan rintangan dan Alhamdulillah hingga saat ini, belum ada
permasalahan yang sulit dalam mengelola resort seluas 1 ha ini," tuturnya.
Ia juga tidak mempungkiri, bahwa investasi yang ditanamkan di
Kota Tabuik adalah berkat ajakan, dorongan dan bantuan moril dari Pemerintah
Kota Pariaman.
"Dan yang paling kita jaga adalah nilai budaya dan
fanatisme orang Minang terhadap ABS-SBK, sehingga saat ini dan kedepannya kita
tetap membuat standar pelayanan bagi tamu yang berpasangan sebagaimana yang ada
di hotel syariah," tutur Paul.
Safari Inn Resort dan penginapan bahkan juga tidak menyediakan
bar dan minuman keras, karena tujuan utama tempat ini adalah untuk akses kumpul
keluarga dan kegiatan ceremonial, namun tidak ditutup pula untuk perorangan.
(man/adt)