Walinagari Harry Subrata ST dengan latar Panorama
Puncak Bukit Lubuk Alung
Lubuk Alung, CanangNews – Keterlibatan perantau
dalam pembangunan nagari di Kabupaten Padang Pariaman mampu mengubah daerah
menjadi lebih berkembang dalam berbagai bidang. Tak hanya pada bidang fisik
berupa sarana dan prasarana infrastruktur, tetapi juga pada bidang sumber daya
manusia.
Hanya saja, tingkat perhatian perantau terkesan tidak sama pada semua
nagari. Ada yang relatif tinggi, ada pula yang rendah. Setelah dilakukan kajian
atau analisa, tingkat perhatian itu sangat dipengaruhi oleh manajemen pelaporan
dari penerima dalam pengelolaan dana bantuan yang dikirim para perantau.
Lubuk Alung termasuk nagari yang memiliki banyak perantau sukses di
berbagai daerah di Indonesia. Ada yang jadi pengusaha, tak sedikit pula yang
jadi pejabat negara – baik sipil maupun militer. Kecintaan mereka terhadap
kemajuan dan pembangunan kampung halaman pun sangat tinggi.
Diskusi bersama Tokoh Nagari Lubuk Alung Irwandi Sulin (kanan)
Saat ini jumlah penduduk Nagari Lubuk Alung berkurang drastis sebagai
akibat delapan dari 10 korong (dulu desa – red) memekarkan diri membentuk
pemerintahan nagari masing-masing. Menurut Walinagari Harry Subrata ST, dengan
dua korong lama, Yakni Pasar Lubuk Alung dan Koto Buruak, jumlah penduduk
berkisar 12 ribu jiwa.
Dalam diskusi dengan wartawan di pendopo kantor walinagari yang berlokasi
di Puncak Bukit Lubuk Alung, Sabtu (8/7/2017), Harry yang didampingi Tokoh
Masyarakat Dr Ir Irwandi Sulin MP Dt Gadang memaparkan geliat pembangunan
nagari yang dia pimpin sejak 17 November 2011. Di antara kegiatan yang lakukan
adalah membangun baru kantor walinagari.
Lokasi yang dia pilih berdasarkan musyawarah adalah Puncak Bukit Lubuk
Alung sebelah timur di wilayah Korong Koto Buruak yang bersisian dengan Sungai
Batang Anai. Bukit ini sebelumnya dibelah oleh kontraktor pelaksana untuk jalur
baru Jalan Lintas Duku – Sicincin, bersambung dengan jembatan sepanjang lebih
kurang 150 x 8 meter.
Menurut Harry, pembangunan kantor walinagari ini mulai ia gagas dan rancang
pada tahun ketiga kepemimpinannya. Sebelumnya, ia bersama perangkat nagari
berkantor pada sebuah bangunan milik masyarakat yang di kontrak, berlokasi di
pinggir Jalan Raya Padang – Bukittinggi, tak jauh dari Kantor Camat Lubuk
Alung.
Kantor Walinagari Lubuk Alung dilihat dari udara dengan foto drone
Dengan dana bantuan Bupati Padang Pariaman sebesar Rp50 juta, Harry bersama
Sekretaris Nagari Landi Effendi dan perangkat mulai membersihkan puncak
bukit untuk lokasi kantor, kemudian
menggali pondasi. “Alhamdulillah... sebagaimana anda lihat, kini kantor
walinagari sudah siap 100 persen. Sekarang kami sedang merencanakan pembangunan
aula untuk ruang pertemuan,” ujarnya.
Biaya pembangunan kantor tersebut, lanjut Harry, hampir seluruhnya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja nagari. Sumbangan masyarakat dan
perantau relatif kecil. Namun, anak muda enerjik itu mengaku bisa memahami hal
itu.
“Namun, setelah menyaksikan geliat pembangunan yang dilaksanakan walinagari
bersama perangkatnya, perhatian para perantau sepertinya mulai terbuka. Mereka
pun melirik berbagai aspek pembangunan yang telah dan terus berlangsung,” kata
Irwandi Sulin menambahkan.
Masjid Muhajirin Koto Buruak yang sedang direhab total
Sebagai contoh, lanjut dia, sewaktu pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1
Syawal1438 H lalu di Masjid Muhajirin – Koto Buruak yang diikuti para perantau
yang sedang mudik terkumpul infak jamaah sebesar Rp28 juta. Pada Shalat Idul
Fitri sebebelum-sebelumnya infak yang terkumpul hanya berkisar Rp3 juta-an.
Menurut Irwandi yang juga Ketua Pembangunan Masjid Muhajirin, saat ini
memang sedang berlangsung rehabilitasi total masjid yang berukuran 16 x 16
meter itu. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan hingga selesai mencapai Rp1,4
miliar.
Pengurus dan Panitia Pembangunan Masjid Muhajirin Koto Buruak
Terkait dengan lokasi kantor walinagari di Puncak Bukit Lubuk Alung, Harry
Subrata pun mengembangkannya dengan membuat taman-taman yang dilengkapi pondok-pondok
berupa los terbuka dengan bangku dan kursi-kursi plus meja-meja. Di lokasi itu
juga ada satu unit kedai atau warung yang menyediakan aneka jenis minuman dan
kue-kue.
Alhasil, informasi tentang keberadaan kawasan kantor walinagari itu
diketahui banyak pihak. Setiap hari ada saja orang yang mengunjungi secara
berkelompok untuk berbagai keperluan. Ada yang sekadar berwisata menikmati
panorama alam yang memukau, ada yang melaksanakan kegiatan khusus seperti
diskusi, lokakarya dan pelatihan.
Bangunan pendukung Kantor Walinagari Lubuk Alung jadi tempat pertemuan
Memanfaatkan momen Idul Fitri lalu, alumni beberapa sekolah
menyelenggarakan kegiatan reuni di kawasan itu. Bahkan sejumlah turis asal
Australia dan Perancis pun telah berkunjung ke Puncak Bukit Lubuk Alung. Harry
Subrata yang cukup fasih berbahasa Inggris memandu mereka dengan
sebaik-baiknya.
Dalam memimpin Lubuk Alung, Harry Subrata dibantu Sekretaris Nagari Landi
Effendi, Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan Andri Septian, Kaur Kesejahteraan
Rakyat Yardi, Kaur Umum Weli Wira Susanti,
Bendahara Bilqis Syafak serta dua Staf: Liza Primaning dan Arasriva.
Selain itu juga didukung dua Kepala Korong Pasar Lubuk Alung Hidayatis Aziz
dan Kepala Korong Koto Buruak Geri Afandi SH. Kedua korong ini mekar menjadi
delapan korong: Kabun Kopi, Pasar
Mudiak, Kampung Durian, Koto Buruak, Gantiang Koto Buruak, Padang Baru Koto
Buruak, Kayu Gadang Koto Buruak dan Surantiah Koto Buruak. (Zakirman Tanjung)