Catatan Mengikuti Water, Sanitation And Hygiene Future Conference & Training

0
Laporan Nofriyanti SP MSi – Brisbane,  Australia

Penulis (tengah) bersama Ir Rudi Soeprihadi Prawiradinata MCRP PhD, deputi pengembangan regional Kementerian PPN/Bappenas, dan Tri Dewi Virgiyanti ST MEM, direktur Perkotaan, Perumahan dan Permukiman Bappenas (Delegasi dari Indonesia)

KONFERENSI Air, Sanitasi dan Kebersihan Masa Depan & Pelatihan (Water, Sanitation and Hygiene [WASH] Futures Conference) 2018, berlangsung di Brisbane – Australia, 5 – 9 Maret 2018, membahas tentang konsep kolaborasi untuk menuju Universal WASH.

Diselenggarakan oleh International Water Centre yang bermitra dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia, konferensi ini menghadirkan berbagai praktisi dan profesional dari sektor industri dan swasta, pemerintah dan akademis untuk berkontribusi pada dialog tentang air, sanitasi dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) di kancah internasional.

Program ini berlangsung selama 5 hari; dua hari pertama konferensi dan 3 hari kemudian adalah pelatihan. Di antara topik yang dibahas pada program ini adalah:

1.       Pembiayaan dan Investasi untuk Mencapai Akses Air Bersih, Sanitasi dan PHBSyang berkelanjutan;
2.       Pemerataan dalam Pemenuhan Air Bersih, Sanitasi dan PHBS;
3.       Peran Perempuan dalam Air Bersih, Sanitasi dan PHBS yang Berkelanjutan;
4.       Air Bersih, Sanitasi dan PHBS yang Berkelanjutan untuk Pedesaan;
5.       Sistem Air dan Sanitasi Perkotaan;
6.       Peranan Penting Kebersihan untuk Kesehatan dan Kesejahteraan;
7.       Mengintegrasikan Air Bersih, Sanitasi, Kesehatan dengan Keamanan Air Dan Sektor Lainnya;
8.       Manajemen Kesehatan Menstruasi;
9.       Kesetaraan Gender dalam Akses Air Bersih, Sanitasi dan PHBS;
10.   Perubahan Perilaku Hidup Bersih Sehat;
11.   Mendukung Keberlanjutan Open Defecatio Free (ODF)/ Stop Buang Air Besar Sembarangan bagi Masyarakat.

Acara ini dimulai pada hari Senin, 5 Maret 2018 bertempat di Brisbane Convention and Exhibition Centre. Registrasi peserta dibuka pada pukul 07.45-09.00 yang dilanjutkan dengan opening ceremony (pembukaan) yang secara resmi dibuka oleh Menteri Pembangunan Internasional dan Pasifik, Senator The Hon Concetta Fierravanti-Wells.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan paparan narasumber secara pleno yang terdiri dari 2 pembicara. Keduanya mambahas tentang Pengelolaan Sumber Daya Air di Australia serta Teori dan Praktek dari Program Sanitasi Nasional. Setelah sesi diskusi selesai, peserta dipersilahkan coffee break dan dilanjutkan dengan sesi selanjutnya.


Selanjutnya peserta akan dikelompokkan menurut sesi dan isu yang mereka pilih. Ada 6 kelas pada Thematic Session I dan begitu juga di Thematic Session II.

Acara berlanjut sampai pukul 4 sore, selanjutnya semua peserta yang terpisah di 6 kelas tadi kembali digabungkan ke dalam satu forum untuk selanjutnya melakukan diskusi panel.

Setidaknya terdapat lebih dari 95 makalah, 4 keynote speakers, 35 poster dan 18 topik pada acara pelatihan dan lokakarya di iven internasional ini.

Pada hari kedua, sama halnya dengan hari pertama, acara dimulai dengan keynote presentations dan dilanjutkan ke sesi pemisahan kelas berdasarkan ketertarikan peserta terhadap isu dan tema yang ditawarkan.

Tiga hari berikutnya adalah training dan lokakarya. Ada 6 isu yang ditawarkan setiap harinya.

Saya (penulis laporan ini – red) sangat beruntung mengikuti iven penting internasional ini. Saya adalah salah satu delegasi Indonesia yang berasal dari unsur pemerintah. Peserta lain banyak yang berasal dari NGO (Non Government Organization) Internasional, Praktisi, Akademisi dan Unsur Swasta.


Keikutsertaan saya berawal dari surat resmi dari Program Manager Voice for Change Partnership SNV Netherlands Development Organisation nomor 043/GEN/SNV/2018 tanggal 24 Januari 2018, perihal Permohonan Izin Mengikutsertakan ASN pada Water, Sanitation and Hygiene Programme.

 Adalah Stichting SNV Nederlandse Ontwikkelingorganisatie yang dikenal dengan SNV Belanda, sebuah organisasi pembangunan internasional independen yang bersifat nirlaba, tidak berafiliasi dengan partai politik manapun dan/atau dengan suatu gerakan masa, kegiatan keagamaan dan gerakan ideologi apapun.

Sehubungan dengan akan diadakannya WASH Futures Conference and Training 2018 yang akan diselenggarakan di Brisbane, Australia pada tanggal 5 s/d 9 Maret 2018 maka SNV Belanda, NGO internasional yang concern dengan masalah sanitasi, akan memfasilitasi perwakilan dari NGO dan Pemerintah untuk mengikuti conference dan training event dimaksud.

Adapun syarat dari keikutsertaan pada training program tersebut adalah peserta harus bisa berbahasa Inggris secara aktif dan pasif serta melampirkan video berdurasi 15 menit dalam Bahasa Inggris yang menceritakan tentang identitas diri, ketertarikan terhadap isu dan pengalaman di bidang yang dipilih serta menyertakan Motivation Letter. Calon peserta juga diminta untuk menceritakan dan menuliskan best practice tentang air, sanitasi dan kesehatan di daerahnya.

Saya adalah Kepala Sub Bidang (Kasubid) Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Kesra pada Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Kabupaten Padang Pariaman dengan pekerjaan berkaitan erat dengan persoalan sanitasi, air bersih dan kesehatan. Saya juga menceritakan tentang tesis saya waktu melanjutkan Pendidikan Master pada tahun 2007 tentang Gender Equality in Fishing Family in Small Scale Fisheries.


Karena sebagian tema pada konferensi ini adalah peran perempuan, pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender maka mereka (SNV Belanda) menerima saya sebagai calon peserta pada WASH Future Conference and Training 2018. Hingga pada akhirnya mereka memutuskan menerima saya sebagai utusan dari unsur pemerintah yang akan mereka kirim untuk mengikuti konferensi ini.

Mereka menanggung semua biaya perjalanan saya, mulai dari tiket dari Padang – Jakarta – Bali – Brisbane pergi dan pulang (p/p), biaya konferensi sebanyak $1.350 AUD (sekitar Rp13,5 juta) sampai hotel tempat saya menginap di Brisbane. Saya juga diberi sedikit biaya transportasi lokal selama di Brisbane. Saya merasa sangat beruntung.

Keberangkatan saya ini adalah atas izin dari pimpinan, mulai dari Kepala Bidang saya di Bapelitbangda, Izin dari Sekretaris dan Kepala Bapelitbangda sampai izin dari Sekretaris Daerah hingga Bupati. Mereka mendukung kepesertaan saya sebagai utusan dari pemerintah pada acara konferensi dan training tentang air bersih, sanitasi dan perilaku hidup bersih sehat ini. Ini semacam capacity building bagi saya  yang mendukung pekerjaan saya. Saya mendapat ilmu dan pengalaman luar biasa.

Pada hari pertama saya diberi kesempatan untuk sharing (berbagi pengalaman) tentang perempuan di daerah saya, karena kebetulan saya memilih kelas Women and Equality in WASH. Saya bercerita bagaimana kedudukan perempuam di Sumatera Barat. Perempuan bukanlah sebagai kaum yang termarjinalkan melainkan dihargai dan dihormati. Bagaimana perempuan bisa ikut mengambil keputusan dalam keluarga, perempuan yang juga berkontribusi terhadap perekonomian keluarga, mereka membantu suami mencari nafkah dengan melakukan aktivitas ekonomi seperti berjualan makanan, mempunyai kantin, menjahit, sebagai pegawai pemerintahan, pegawai swasta dan lain-lain.


Hari kedua saya mengikuti kelas Stop Buang Air Besar Sembarangan. Saya juga diberi kesempatan untuk sharing tentang daerah saya. Saya menceritakan bahwa Bupati Padang Pariaman telah mengeluarkan surat edaran tentang STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan Surat Edaran tentang Target 100 Korong ODF (Open Defecation Free / Stop Buang Air Besar Sembarangan) setiap tahunnya.

Hari ketiga saya mengikuti kelas “Kolaborasi Sinergi dan Gizi. Dalam hal ini dibutuhkan kolaborasi, sinergi dan integrasi dari berbagai stakeholder, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, kecamatan, pemerintah nagari dalam perumusan perencanaan, kebijakan, strategi, pembiayaan, implementasi sampai monitoring dan evaluasi kegiatan WASH ini. Juga dibutuhkan kolaborasi dengan NGO ataupun CSR dalam mewujudkan pemerataan akses air bersih dan sanitasi serta perilaku hidup bersih dan sehat.

Indonesia, China dan Filipina termasuk 3 besar negara yang tingkat buang air besar sembarangan-nya tinggi dan tingkat stunting serta gizi burukya juga tinggi. Pada sesi ini juga dibahas tentang stunting (tubuh pendek). Stunting disebabkan antara lain oleh kurangnya ketersediaan air bersih dan sanitasi yang buruk yang difokuskan pada wanita hamil, karena 1.000 hari pertama kehidupan sangat penting. Wanita hamil harus menjaga kebersihan, menjaga kecukupan gizi, mencukupi kebutuhan zat besi dan lain-lain karena akan berpengaruh kepada 1.000 hari pertama kehidupan bayi yang akan dilahirkan.

Hari keempat saya ikut kelas “Leaving No One Behind-Ensuring Equality And Non-Discrimination In Sanitation”. Topik ini membahas tentang kesetaraan dalam akses sanitasi. Bahwa sepatutnya tidak ada pihak yang didiskriminasikan dalam akses sanitasi ini, baik terhadap wanita, anak-anak, kaum miskin, kaum disabilitas dan lain-lain . Beberapa studi kasus negara dibahas di sini, di antaranya Bhutan, Cambodia, Nepal, Zambia, Tanzania dan negara-negara lain.

Hari kelima, hari terakhir training saya mengikuti kelas “Practical Approaches To Gender Equality Through Water, Sanitaton and Hygiene”. Ini berhubungan dengan tujuan SDGs nomor 6 yaitu memastikan ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan. Memastikan bahwa semua golongan masyarakat mendapatkan akses yang layak terhadap air bersih dan sanitasi.


Terkait dengan hal ini, ada 17 tujuan pembangunan berkelanjutan,  meliputi:

1) mengentaskan kemiskinan dalam segala bentuknya di semua tempat;
2) mengentaskan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi serta mempromosikan pertanian berkelanjutan;
3) memastikan hidup sehat dan mengedepankan kesejahteraan untuk semua di segala usia;

4) memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua;
5) mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan;
6) memastikan ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan;

7) memastikan akses energi yang terjangkau, handal, berkelanjutan dan modern bagi semua;
8) mempromosikan keberlangsungan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, kesempatan kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak bagi semua;
9) membangun ketahanan infrastruktur, memajukan industrialisasi inklusif dan berkelanjutan serta memberi perhatian pada inovasi;

10) mengurangi ketimpangan dalam negara dan antarnegara;
11) menciptakan kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan;
12) memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan;
13) mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya;
14) melestarikan dan arif memanfaatkan samudra, laut dan sumber daya kelautan untuk pembangunan berkelanjutan;

15) melindungi, memulihkan dan mengedepankan pemanfaatan ekosistem darat secara arif, mengelola dan menjaga keberlangsungan hutan, memerangi penggundulan lahan, menghentikan dan mengembalikan degradasi lahan serta menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati;
16) mengedepankan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan;
17) memperkuat sarana implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.


Saya sangat beruntung mengikuti konferensi internasional ini, karena begitu banyak pembelajaran yang saya peroleh dari iven ini. Beberapa konsep akan saya terapkan pada bidang pekerjaan saya di Bapelitbangda. Kebetulan saya memegang kegiatan Koordinasi Pelaksanaan Kabupaten Sehat dan Kegiatan Kota Tanpa Kumuh; bagaimana melakukan percepatan pencapaian universal access 100-0-100 di Tahun 2019 sesuai dengan amanat RPJMN 2015-2019, di mana harus tercapai 100% akses air bersih, 0% kawasan kumuh dan 100% akses sanitasi layak.

Dalam rangka mencapai itu telah banyak yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, melalui program / kegiatan yang dianggarkan pada organisasi perangkat daerah (OPD0 teknis, di antaranya pembangunan sarana sanitasi permukiman, pembangunan sarana air bersih, pengurangan kawasan kumuh, pembangunan IPAL Komunal dan Septic Tank Komunal.

Di lain pihak Dinas Kesehatan juga melakukan pemicuan-pemicuan terhadap Stop Buang Air Besar Sembarangan, Sosialisasi Perubahan Perilaku Hidup Bersih Sehat dan lain-lain. Semoga dengan kerjasama semua stakeholder maka Akses Universal di Tahun 2019 bisa tercapai di Kabupaten Padang Pariaman.

*) Kasubid Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Kesra pada Bapelitbangda Kabupaten Padang Pariaman – Provinsi Sumatera Barat -- editor Zakirman Tanjung (tzakirman@gmail.com) 

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top