Keungulan Baruak Piaman

0

oleh, Bagindo Yohanes Wempi

PADA  hari selasa, tanggal 10 September 2019, portal antaranews.com merilis berita tentang BUMNag Apar Mandiri yang terletak di Pariaman kota  membuat bidang usaha sekolah baruak. Penulis dengan spontan mengucapkan Alhamdulillah puji syukur bahwa kearifan lokal urang Piaman yaitu baruak Piaman mendapat tempat ditengah kebijakan Pemerintah yang bisa menjadikannya suatu peluang usaha yang menguntungkan masyarakat.

Sebelum berita ini dirilis, sekitar 5 (lima) tahunan yang lalu penulis sudah mencoba mengupas dan membedah tentang betapa hebatnya baruak Piaman dalam satu tulisan yang dimuat dikoran daerah, yang mana baruak Piaman bisa mensejahterakan pemilik dan meningkatkan ingkam perkapita pendapatan daerah Piaman (Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariamaj).

Piaman merupakan daerah yang memiliki khasanah budaya yang elok dan alamnya indah yang tidak ada duanya didunia ini, meluai dari kesenian, aktivitas social budaya, tata interaksi aksi antara sesama diminangkabau, maupun peninggalan sejarahnya, semua itu tumuh dan berkembang dari generasi kegenerasi, sehingga sangatlah elok selaku masyarakat Piaman saatnya mengembangkan kearifan lokal yang ada ditanah ranah bundo ini tampil terdepan di dunia.

Mungkin banyak dari generasi muda seakarang yang tidak mengetahui tentang kearifan lokal apa yang dimiliki sekarang dan itu merupakan peninggalan nenek moyang, bisa kita lihat di ranah pasise minangkabau misalnya, ada tradisi masyarakat yang memanjat atau memetik kelapa dengan binatang, bukan memanfaatkan orang seperti yang ada dipualau Jawa, tapi yang memanjat kelapa dipasisie minang dilakukan oleh baruak sejenis binatang kera.

Apabila kita pelajari, Baruak banyak terdapat dipiaman seperti didaearh Kinali, Tiku, Padang pariaman, kota Pariaman, kota Padang, dan baruak mungkin kata-kata yang tak asing ditelinga masyarakat, terutama bagi orang yang berdomisili di Sumatra Barat dan diMinangkabau umunya.

Sedangkan baruak Piaman dalam artikel Suryadi yang berdomisili di Belanda, menjelaskan bahwa Baruak Piaman sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Salah seorang penjajah Belanda yang bernama J Jongenjans dalam majalahnya Onze Aarde (Bumi Kita) pada abat ke-12. Mr J Joengejans menggambarkan sangat terkagum-kagum dengan baruak Piaman yang mampu memetik kelapa sesuai dengan perintah tuan-nya, kalau tuan baruak memerintahkan jatuhkan kelapa tua dengan isyarat tali, maka baruak akan menjatuhkan kelapa tua, kalau tuanya baruak memerintahkan agar baruak melompat dari satu pohon kelapa ke pohon kelapa lain, maka baruak akan melompat. Kekaguman yang dirasakan oleh Mr J Joengenjans ini diabadikan melalui foto-foto hitam putih yang tersimpam rapi dimuseum Belanda pada saat ini.

Mr. Joengenjans bukan satu-satunya bule yang mengkagumi kehebatan baruak Piaman itu. Seratus tahun sebelumnya, Mr JC Boelhouwer, seorang komandan pasukan Belanda waktu berada di piaman terkagum-kagum juga dengan kepandaian dan kehebatan baruak piaman itu, dalam ceritanya Mr. JC Boelhourwer menyampaikan dalam bukunya bahwa, salah seorang anak buahnya membeli se-ekor baruak Piaman seharga F1 (satu golden) yang akan dibawa kedaerah Batavia atau pulau jawa sekarang. Demikian tulisan Mr. Boelhouwer dalam bukunya Herinnering Van Minj Verblijf Op Sumtra's Westkust Gedurende De Jaren 1831-1834. Itu sekelumit kisah baruak piaman pada zaman belanda yang dapat digambarkan dan dijelaskan.

Pada zaman modern ini dimana masyarkat Indonesia sudah maju secara teknologi dan informasi, baruak Piaman masih digunakan oleh masyarakat untuk memetik kelapa untuk kehidupan. Masyarakat Piaman sangat tertolong dengan adanya baruak Piaman tersebut, baik pemilik kelapa, pelatih atau sekolah baruak, dan mayarakat Piaman yang berprofesi sebagai pabaruak (tuan baruak). Secara ekonomis baruak Piaman mampu mensejahterakan tuannya atau keluarga, apa bila baruak tersebut digunakan untuk berusaha (memanjat kelapa). Jika dihitung secara detil, maka setiap harinya akan dapat pengahasilan oleh Pabaruak (tuan baruak) sebesar Rp. 100.000.-. sampai Rp. 200.000.-/hari.

Nah secara nyata baruak mampu mendatangkan pendapat dan penghasilan bagi pabaruak (tuan Baruak) secara sinikfikan, maka secara ekonomi babaruak menjadi salah satu pekerjaan yang memasyarkat diminangkabau dan merupakan pekerjaan tradisional yang sudah lama, setiap tahun dan setia masa pasti ada generasi yang bergelut dibidang usaha memanjat kelapa ini dengan memanfaatkan baruak, jadi regenerasi babaruak selalu bergulir yang mampu menesejahterakan masyarakat.

Disamping itu babaruak juga merupaka tradisi sosial budaya yang merupakan permainan anak nagari, yang keberadaan aktivitas babruak ditengah masyarakat minangkabau merupakan tradisi social budaya yang unik dan khas yang perlu dikembangkan, tradisi ini tidak akan pernah lampuak dek  hujan dan dak akan lakang dek paneh.

Sehingga kedepan babaruak  ini bisa dijadikan ivent  pariwisata budaya anak nagari di Piaman, dan minangkabau secara umum, sehingga secara social, aktivitas masyarakat yang babaruak ini bisa dijadikan ajang menarik yang akan mendatangkan wisatawan baik dometik maupun luar negeri, untuk menambah pendapatan daerah dan kesejahterakan bagi masyarakat.

Maka pada kesempatan ini penulisan, memberikan apresiasi pada BUMNag Apar Mandiri dan mengajak pembaca untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisi babaruak ini agar tetap terjaga, mengapa daerah-daerah lain di nusantara ini mampu mempertahankan dan mengembangkan tradisinya dengan baik, seperti tradisi karapan sapi di Madura, matador dispanyol,mereka mampu mepertahankan tradisi tersebut dangan cara membuat ivent-ivent atau pegelaran yang menarik.

Penulis berharap agar masyarakaat jangan terjebak dalam sebuah kebijakan bersama yang mengembangkan budaya orang lain, melalui modivikasi menyesatkan seolah-oleh lahir dari daerah karifan lokal Sumatra Barat, hal bila dilihat secara umum tradisi yang dikembangkan oleh masyarakat Sumatra Barat atau pemerintah daerah akhir-akhir ini, rata-rata meniru saja kegiatan dan iven-iven milik budaya atau tradisi daerah lain, seperti iven pacu jawi di adakan Pemerintah Daerah Tanah Datar yang menjadi agenda prawisata nasional, yang nota bene  pacu jawi meniru budaya karapan sapi yang ada di Madura,

Berikutnya seperti iven Siti Nurbaya yang diadakan oleh Pemerintah Kota Padang, yang iven ini merupakan kebiasaan yang ditiru dari acara ritual sesembahan kepada ratu laut selatan Riroro Kidul yang dilakukan oleh masyarakat pesisir jawa, begitu juga yang marak sekarang seperti tour de singkarak yang menghabiskan milaran dana, diadakan tiap tahunya, itu juga hasil meniru milinya orang prancis atau Tour De Franc.

Maka pada kesempatan ini kearifan lokal perlu dikembangkan menjadi iven yang menasional dan internasional seperti kebiasaan budaya baruak Piaman ini, tato dan tarian tradsional mentawai, yang perlu dijadikan iven dan program objek wisata yang menjadi aikon prawisata Sumatra Barat, seperti yang hari ini dilakukan di madura.

Maka para wisatawan mengenal karapan sapi, di bali mengadakan lomba layang-layang, dll, Ini Sebuah prestasi besar, apabila kearifan lokal dijadikan iven dan agenda parawisata yang mampu menumbuhkan perekonoimian masyarakat menengah kebawah dan mampu juga menjaga kehidupan social budaya yang sudah mulai tergerus oleh perkembangan zaman. sebuah penghargaan besar bagi masyarakat pemilik baruak misalnya, apabila baruak juga ditambah fungsinya untuk mendatangkan pendapatan masyarakat.


Harapan besar kepada pemerintah daerah kembali menjadikan kerarifan lokal menjadi iven yang mampu mengharumkan nama minangkabau ini, semua tradisi social budaya minangkabau bisa ditampilkan dalam pentas nasional dan internasional, sehingga tradisi tersebut bisa bertahandan juga mamapu mensejahterakan masyarakat minangkabau. Selamat buat BUMNag Apar Mandiri yang sudah melanjutkan budaya leluhur dengan membuat” sikola baruak” [*]
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top